Rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve menaikan harga suku bunganya, membawa kekhawatiran pada negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia. Pasalnya, Amerika merupakan salah satu negara yang cukup menguntungkan bagi para investor.Pengamat Valas, Farial Anwar, mengatakan rencana Bank Sentral Amerika menaikan tingkat suku bunganya acuannya, tidak akan memberikan dampak pada Rupiah. Pasalnya, kebijakan ini sudah terlalu lama dibicarakan."Ini berita sudah berbulan-bulan yang lalu, bisa dibilang kalau diistilahkan ini sudah berita kuno lah. Melemahnya Rupiah baru sekarang-sekarang ini, sementara isu ini sudah menguak lama, sehingga tidak ada hubungannya kalau menurut saya," ujarnya saat dihubungi di jakarta Dia mengungkapkan, hal tersebut tidak akan berdampak banyak terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini lantaran ada disparitas yang cukup jauh antara suku bunga acuan Indonesia dengan Amerika."Perbandingannya Amerika suku bunganya itu 7 persen, sementara suku bunga Amerika Serikat itu 0 persen, jauh sekali. Sehingga, tidak akan berdampak karena perbedaan bunga kita cukup besar," jelasnya.Farial menambahkan, tingginya tingkat suku bunga Indonesia mengakibatkan banyak investor berpikir ulang untuk menginvestasikan uangnya. Dia menjelaskan, di beberapa negara seperti Amerika dan Eropa tingkat suku bunga ditekan untuk mengurangi pengangguran. "Kalau kita masih sangat tinggi, itu membuat para investor jadi berpikir ulang karena membayangkan bayaran bunga yang harus mereka tanggung cukup besar," tutupnya.